Teologi Al-Maun dan Al-Ashr : Dakwah Nyata Muhammadiyah

foto : kramat49.com

Muhammadiyah mengajarkan, bagaimana memahami konteks ibadah. Ibadah bukan hanya sebuah ritual doa dan penyembahan, Muhammadiyah mengajarkan bahwa ibadah harus dengan amal nyata. ritual keagamaan menjadi tidak ada nilainya atau tidak berarti apabila pelakunya memilih dan bersikap diam diri apabila melihat masalah-masalah yang ada di masyarakat

Muhammadiyah merupakan salah satu organisasi terbesar di Indonesia. Dengan semangat memajukan kebaikan dan melarang kejahatan,sesuai tujuan muhammadiyha sendiri pada surat  Al mron ayat 104. Dia berhasil menjadikan Muhammadiyah sebagai gerakan sosial. Jika dilihat dari jumlah pengikutnya, dari awal hingga saat ini tidak bisa dikatakan kecil, dengan kata lain telah mencapai jutaan anggota yang tergabung dalam organisasi Muhammadiyah ini yang tersebar di seluruh Indonesia dan internasional. Dengan semangat perjuangan dari Muhammadiyah sendiri dengan dasar dasar pemikiran pendirinya, Muhammadiyah menjadikan dakwah islam yang modern dan berkemajuan. Maka dari itu sangat menarik jikalau perjuangan perjuangan Muhammadiyah kita bahas. Apalagi dengan pemikiran-pemikiran pendirinya, dasar-dasar Gerakan Muhammadiyah, etos perjuangan, dan juga yang sangat paling menarik bagi saya adalah dalam hal ideologi-ideologi Muhammadiyah yang bisa menghantarkan Muhammadiyah sangat eksis dengan sampai detik ini, dengan dakwah amar makruf nahi munkar nya, dengan dakwah pembaharuanya, dengan dakwah sosialnya, dan juga dengan dakwah berkemajuan nya.

Muhammad Darwis yang kemudian dikenal sebagai K.H Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah di kampung Kauman Yogyakarta pada tanggal 8 Dzulhijjah 1330 H atau tanggal 18 November 1912. Saat hidup di Mekkah pada tahun 1890 dan 1902-1904, beliau mulai menebarkan benih-benih reformasi di tanah air. Melihat kondisi pada saat itu masih banyak permasalahan, mulai dari tahayul, bid’ah dan khurafat, tetapi juga dari segi pendidikan dan juga dari segi ekonomi. Kyai Ahmad Dahlan mencetuskan ide reformasi saat belajar dengan ulama Indonesia yang tinggal di Mekkah. Kita melihat kondisi ummat saat itu dalam keadaan praktik mistik dan ada juga masyarakat yang kebutuhannya di bawah rata-rata, mulai dari pendidikan, kesehatan, ekonomi dan  kesejahteraan. Kyai Ahmad Dahlan berjasa menyeru mereka untuk kembali kepada ajaran Islam yang benar berdasarkan Alquran dan Hadits. Dalam pemikiran dan ajaran K.H. Ahmad Dahlan mendukung K.H. Ahmad Dahlan dalam mendirikan Muhammadiyah atas dua sumber yaitu Al-Quran dan As-Sunnah. Sejak berdirinya, menitikberatkan pada pelaksanaan Amar Makruf Nahi Munkar yang porosnya bersumber dari QS Ali mran ayat 104 yang berbunyi, “Dan di antara kamu akan ada sekelompok orang yang menyerukan kebajikan, .” membantu kebaikan dan larangan kejahatan. Dan mereka beruntung.”

Sekembalinya dari haji, Kiai Haji Ahmad Dahlan langsung membuat pengajian yang bernama Kajian Wal-‘Ashri. Pernyataan ini menjadi salah satu tindakan terpanjangnya. Masyarakat dididik berupa pemahaman Al-Qur’an dan Al-Sunnah secara menyeluruh serta penerapan kandungannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam pengajian Wal Ashri ini bersama murid-muridnya menghasilkan sebuah ide pokok Muhammadiyah yang menjadi landasan ideologi Muhammadiyah sendiri, yang mana dalam pengajian tersebut. K.H Ahmad Dahlan mengajarkan dua buah surat dalam Al Qur’an akan tetapi dengan waktu yang lama, yaitu Al-Ashr dan Al Maun. Kedua surat ini menjadikan Muhammadiyah sebagai Gerakan dakwah amar makruf nahi munkar dengan Gerakan sosialnya.

Tujuan kajian Wal Ashri oleh K.H. Ahmad Dahlan adalah memberdayakan murid-muridnya untuk menggunakan waktu mereka dengan sebaik-baiknya dalam hidup mereka. Kedua, agar murid-muridnya mau menghabiskan waktunya dengan berbuat baik atau beramal. Ketiga, siswa dapat menjadi cerdas dan berpikir jauh ke depan sehingga dapat menghabiskan waktunya untuk belajar. Oleh karena itu, kajian Wal Ashr yang diajarkan oleh .H Ahmad Dahlan memiliki QS. Al-Ashr, tempat murid-muridnya diajari huruf selama delapan bulan. Padahal kita lihat surat itu hanya berisi tiga ayat. Dengan itu, kitab Yesus mengakui prinsip K.H. Ahmad Dahlan mengajar murid-muridnya.

K.H Ahmad Dahlan selalu menekankan kepada santrinya agar dapat memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Pelajaran yang selalu ditekankan adalah bahwa K.H. Ahmad Dahlan ingin anak didiknya menggunakan waktunya dengan baik, memiliki iman yang kuat dan juga mampu mengisi waktu dengan kebaikan, tanggung jawab, kepekaan sosial, visioner dan pikirannya maju dan keras.

Nyai Dahlan atau sering disebut Siti Walidah, mengusulkan diadakannya pengajian Wal Ashri  bagi perempuan untuk mengangkat status perempuan. Tidak hanya perempuan dewasa yang berpartisipasi dalam pertunjukan ini, tetapi juga anak perempuan yang tidak mampu bersekolah. Agar para perempuan yang saat itu banyak melakukan kegiatan yang sia-sia menjadi paham bahwa mereka awalnya pengangguran dan ingin ngobrol sana-sini, mereka berkumpul dan memberikan pemahaman agama agar bisa bekerja dan termotivasi untuk bekerja. Isilah waktumu dan pergunakanlah dengan beramal dan nikmati juga berjuang dalam hubungan hablum minaallah. Pelajaran Al-Ashri menjadi ideologi peradaban Muhammadiyah. Suasana Surat Al-Ashr dapat dikaitkan dengan konsep pembaharuan peradaban modern dan Islam. Isi surah ini adalah Islam progresif. Al-Ashr berarti “modern”, yang mencakup semangat kemajuan dan pemikiran yang melampaui waktu. Gerakan Islam Muhammadiyah dinyatakan sebagai gerakan modern karena sifatnya yang kekinian atau kekinian (ashr). Oleh karena itu, dalam konteks peradaban, Wal al-‘ashr Inna al-insana lafi Khusr berarti masa depan kehidupan.

Sehabisnya beliau mengajarkan surat Al Ashr selama delapan bulan, beliau lanjut dengan mengajarkan surat Al Maun selama tiga bulan. Pada saat itu beliau mengajarkan kepada murid-muridnya dengan cara mengulangi secara terus menerus sehingga murid-muridnya bukan hanya memahami dan juga bukan hanya sekedar bisa membaca dan menulis surat tersebut. Akan tetapi yang di fokuskan beliau ialah bagaimana murid-muridnya itu bisa mempraktekan yang apa di sampaikan surat Al-Maun itu sendiri.

1. Taukah kamu (orang) yang mendustakan agama? 2. Maka itulah orang yang menghardik anak yatim, 3. Dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. 4. Maka celakalah orang shalat. 5. (yaitu) orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, 6. Yang berbuat ria, 7. Dan enggan (memberikan) bantuan.

Seperti itulah bunyi dari surat Al-Maun yang diajarkan oleh K.H Ahmad Dahlan kepada murid-muridya. Sehinga murid-muridnya pada waktu itu di tekankan oleh beliau agar jangan sampai kita belajar agama hanya cumin bisa membaca, menulis, dan memahami isi kandungan yang di sampaikan. Akan tetapi juga harus bisa mengimplementasika, mempraktekan isi kandungan tersebut. Pada wakwtu itu murid-murid beliau merasa bosan padahal mereka sudah lancer membaca dan paham akan surat tersebut, tetapi kenapa di ulang-ulang oleh beliau selama tiga bulan. Belau pun mengatakn kepada mereka “apakah kalian sudah melakukan?, apakah kalian sudah melakukan?, dan apakah kalian sudah melakukan?”. Akhirnya murid-murid beliau tercengang. Pada pada waktu itu mereka langsung pergi ke alun-alun untuk mencari masyarakat yang kesusahan dan di berikan makan.

Sesuai dengan namanya teologi Al-Maun, teologi ini mengandung unsur intisari dari ayat-ayat didalamnya, yang mana surat ini mengajarkan kepada kita untuk memikirkan antara hubungan dengan Allah, dan juga hubungan dengan sesama manusia. Ibadah di agama islam bukan hanya tentang hubungan antara manusia dengan tuhan, akan tetapi hubungan manusia antar manusia ini seringkali di sepelakan atau di abaikan. Dengan munculnya surat Al-Maun dijadikan landasan idelogi Muhammadiyah yang saat ini menjadi salah satu teologi yang dijadikan dasar dakwah Muhammadiyah, mengajarkan kepada kita akan selalu berbuat amal sosial. Bahkan pada suurat Al-Maun dengan lantang dan tegas menyebutkan bahwa mereka yang mengabaikan anak yatim dan tak berusaha mengetaskan masyarakat dari kemiskinan sebagai pendusta agama. Selain itu pada surat Al-Maun ini menegaskan bahwasanya praktik-praktik ibadah dalam ritual keagamaan menjadi tidak ada nilainya atau tidak berarti apabila pelakunya memilih dan bersikap diam diri apabila melihat masalah-masalah yang ada di masyarakat.

Teologi Al-Maun melahiran beberapa aspek bidang dakwah dan juga pilar-pilar kerja Muhammadiyah. Muhammadiyah menetapkan tiga pilar kerja berlandaskan dari teologi Al-Maun. Yakni Kesehatan, Pendidikan dan pelayanan sosial. Dengan ketiga pilar itu, Muhammadiyah berhasil eksis sampai sekarang dengan banyaknya amal usaha Muhammadyah yang di dirikan seperti rumah sakit, sekolah-sekolah, perguruan tinggi, lembaga-lembaga sosial, panti asuhan, badan amil zakat seperti lazismu dll.

Dengan ini Muhammadiyah menunjukan keseriusanya dalam berdakwa dengan konsep dakwah sosial. Mengkolaborasikan antara ritual ibadah dan implementasinya, hubungan dengan tuhan dan juga hubungan sesama manusia, kedua hal itu tidak dikesampingkan dengan disisi lain di anggap sama-sama penting. Dengan melihat dan belajar dari teologi Al-Maun dan Al-Ashr.

oleh : Taufikur Rohman