Saya adalah Mahasiswa aktif semester 3 di Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) salah satu Mata kuliahyang saya dapatkan mengenai Agama Islam dan Ke-Muhammadiyah-an ( AIK ). Di AIK bukan hanya mengulas tentang bagaimana tujuan hidup Manusia, ataupun awal mula terciptanya manusia di Bumi. Tak Lengkap pula Dosen Saya pun Mengulas terkait Tafsir, beliau mendapatkan sumber berupa kitab berbahasa arab, yang menggunakan buku berbahasa Inggris. Sumber yang dipakai adalah Lessons From Surah Yusuf karya Yasir Qadhi. Di bagian introdustion Yasir mengatakan bahwa surat ini adalah kisah tentang “love, passion, betrayal and forgiveness”.
Selama beberapa bulan ini pula saya menemukan, melihat dan mendengar berbagai hal dan peristiwa tentang kehilangan, kesedihan, kepedihan. Suatu keadaan yang menimpa jiwa dengan keporak-porandaan, kehancur-leburan, atau dalam istilah kondang sekarang: RUNGKAD. Dalam bahasan tasawuf, kita menemukan istilah: inkisarul-qulub, remuk-redamnya hati.
Dari semua itu saya sampai pada kesimpulan sementara bahwa Allah pasti akan timpakan kepada semua jiwa peristiwa ke-RUNGKAD-an itu. Allah akan remuk-redamkan, hancur-leburkan, porak-porandakan, hati mereka. Biasanya hal itu berupa parah hati dan kecewanya seseorang, entah terhadap orang tua, pasangan, keturunan, sahabat atau siapapun yang dicintai. Kenapa demikian?
Karena Allah tidak ingin seseorang terlalu mencintai manusia. Allah ingin agar muara hati dan harapan mereka tertuju kepada-Nya saja. Bahkan kalau kita lihat, Nabi Muhammad pun demikian Surat Yusuf adalah hiburan yang Allah berikan kepada Nabi Muhammad di tahun kesedihannya. Tahun yang di dalamnya Rasulullah kehilangan istrinya yang telah menemaninya selama 25 tahun tanpa pernah dipoligami. Warsa yang di dalamnya ia kehilangan paman yang telah mengasuhnya ketika kecil dan membelanya ketika menjadi Nabi. Musim ketika baru saja selesai merasakan boikot lalu mendapat perlakuan yang sangat Kurang Enak oleh orang-orang di Kota Thaif kala itu.
Kesedihan Rasulullah bahkan bukan hanya itu saja. Sejak kecil beliau telah puas dengan kehilangan: bapaknya, ibunya, kakeknya. Sebagai bapak, semua anaknya meninggal lebih dulu dari dirinya, kecuali satu saja. Karena menjadi Nabi, beliau harus membelah membagi tanggungjawabnya dikeluarga dan masyarakat yang dicintainya. Siapa yang tunduk pada kebenaran, siapa yang mencari dunia. Dalam proses itu beliau kehilangan banyak orang tercintanya. Abu Lahab yang memilih menjadi musuhnya. Hamzah yang dibelah dadanya, Abu Thalib yang mati dalam ketiadaan iman dan seterusnya.
Maka, kita menyadari bahwa dunia memang kumpulan peristiwa kehilangan dan RUNGKADnya hati sehingga ia hanya tersandar kepada penciptanya saja.
Leave a Reply