Desa Kandangrejo, Grobogan, 9 Agustus 2025 – Dalam semangat mendorong kemandirian ekonomi perempuan desa melalui pemanfaatan potensi lokal, PPK ORMAWA IMM Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Semarang telah sukses menyelenggarakan Chapter 1 Sekolah Perempuan Plus 2025 yang bertempat di Desa Kandangrejo, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan.
Mengangkat tema “Perempuan Paham Pengolahan Produk Lokal”, kegiatan ini menjadi langkah awal penting dalam rangkaian program pelatihan praktis tahun 2025 yang difokuskan untuk menguatkan keterampilan perempuan desa secara langsung di lapangan.
Kegiatan ini diikuti oleh 37 peserta perempuan yang tergabung dalam Ahda Women School. Tidak hanya berfokus pada pemberdayaan peserta, program ini juga menghadirkan fasilitas Ahda Day Care, yang memberikan ruang aman bagi anak-anak peserta untuk bermain dan belajar, sehingga para ibu dapat mengikuti pelatihan dengan fokus penuh.
Pada kesempatan ini, Ibu Riyadlotul Badriyah di bawah naungan Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan hadir sebagai narasumber utama. Materi yang disampaikan meliputi potensi komoditas lokal bawang merah, segmentasi pasar, pengenalan kualitas bawang merah yang baik, hingga strategi pemanfaatan untuk menghasilkan produk turunan bernilai tambah.
Dalam penyampaiannya, beliau menegaskan bahwa “Desa Kandangrejo merupakan penghasil bawang merah terbesar, oleh karenanya desa ini sangat berpotensi menjadi salah satu sentra penghasil produk turunan bawang merah. Wanita seperti ibu-ibu ini justru bisa punya peran sentral dalam ekonomi desa, Bu. Ibu-ibu ya petani, ikut serta membudidayakan bawang merah, ya ikut juga dalam produksi bawang merah jadi produk turunan seperti bawang goreng. Produk turunan ini bukan hanya meningkatkan nilai jual hasil panen, tapi juga membuka peluang usaha baru yang bisa dikelola langsung oleh kelompok perempuan desa. Dengan begitu, pendapatan keluarga bisa meningkat, lapangan kerja lokal bertambah, dan desa memiliki ciri khas produk yang dapat dipasarkan lebih luas, bahkan ke luar daerah. Apalagi jika dikelola secara berkelompok dan dikemas dengan baik, bawang goreng ini bisa menjadi ikon kuliner lokal yang memperkuat identitas desa di pasaran.” Beliau juga menambahkan ciri-ciri bawang merah berkualitas yang layak diolah lebih lanjut, di antaranya dipanen setelah 2 bulan, memiliki warna merah keunguan yang cerah, dan bebas dari penyakit.
Tujuan utama dari pelatihan ini adalah untuk membekali perempuan di Desa Kandangrejo dengan pemahaman mendalam tentang potensi, kualitas, dan pemanfaatan bawang merah. Harapannya, peserta dapat mengolah komoditas lokal tersebut menjadi produk bernilai jual tinggi, membuka peluang usaha baru, dan menguatkan posisi Desa Kandangrejo sebagai pusat produksi bawang merah dan produk turunannya.
Sekolah Perempuan Plus yang dimulai sejak tahun 2024 sebelumnya lebih menekankan pada pendekatan teoritis dengan sembilan kurikulum utama, seperti Perempuan Paham Parenting, Perempuan Siap Berkeluarga, Perempuan Paham Keuangan, hingga Perempuan Cerdas Tangkal Hoaks. Materi-materi tersebut menjadi fondasi pengetahuan penting bagi para peserta.
Tahun 2025 menjadi titik transformasi, di mana pelatihan diarahkan pada praktik langsung yang terbagi menjadi dua fokus besar:
1. Pengembangan potensi lokal berupa bawang merah, termasuk teknik pengolahan, pengemasan, dan strategi pemasaran.
2. Pelatihan keterampilan tata rias, yang akan diberikan pada chapter berikutnya, sebagai peluang usaha berbasis jasa.
Melalui pelatihan ini, peserta tidak hanya menerima materi pengetahuan, tetapi juga berlatih langsung di lapangan, sehingga keterampilan yang diperoleh bisa segera diterapkan.
Ketua Tim Pelaksana, Reffi, menyampaikan rasa syukur atas terlaksananya kegiatan ini. “Alhamdulillah, Chapter 1 ini berjalan dengan baik berkat dukungan dari berbagai pihak, mulai dari pemerintah desa, dinas terkait, hingga tim mahasiswa. Kami berharap, setelah pelatihan ini, peserta bisa melihat peluang usaha dari potensi bawang merah yang melimpah di desanya,” ujarnya.
Kegiatan ini juga mendapatkan dukungan moral dari pemerintah desa. Kepala Desa Kandangrejo, Bapak Widi Rifa’i, mengapresiasi inisiatif ini dan berharap program ini mampu menjadi motor penggerak ekonomi perempuan desa. “Dengan adanya pelatihan seperti ini, saya yakin ibu-ibu desa Kandangrejo akan semakin mandiri dan kreatif dalam mengolah hasil pertanian,” katanya.
Ke depan, Ahda Women School akan melanjutkan rangkaian chapter pelatihan dengan materi yang lebih bervariasi dan praktik intensif, sehingga peserta tidak hanya mampu memproduksi, tetapi juga mengembangkan jaringan pemasaran yang lebih luas.
Dengan terselenggaranya Chapter 1 Sekolah Perempuan Plus 2025 ini, diharapkan perempuan Desa Kandangrejo mampu memanfaatkan potensi lokal bawang merah secara optimal, menciptakan produk bernilai ekonomi, dan meningkatkan kesejahteraan keluarga. Sinergi antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat menjadi kunci keberhasilan program ini, menjadikannya model pemberdayaan desa yang berkelanjutan.
Leave a Reply