Denyut Cinta di Balik Gerakan Anti Narkoba: Perjalanan Sebuah Perpisahan dan Kehidupan yang Mengajar

Illustration by AI

Suatu hari dimana aku bersama teman-temanku ingin menegakkan kembali sebuah organisasi, yang bergerak dibidang gerakan anti narkoba. Saat itu aku memasuki tahun terakhir disalah satu sekolah ternama di Semarang. Disitulah aku menemukan seorang wanita yang membuat hidupku jauh berwarna dan bermakna. Penerimaan peserta didik baru pada tahun itu yang membawaku menemukan cinta pertama, sebuah rasa yang benar-benar melekat pada hatiku menjadi menggebu-gebu. Perwakilan dari setiap kelas untuk memenuhi undangan dari organisasi yang sedang merintis untuk berdiri guna mencari sumber daya manusia yang bersinergi, berkolaborasi dan berbakti untuk negeri demi kesehatan manusiawi.

Setelah memenuhi undangan tersebut aku berkesempatan untuk berkenalan setelah dimintai pertolongan untuk diinterview oleh sahabatnya tentang tema seorang pemimpin. Aku menjawab dengan gerogi akan tetapi harus percaya diri karena dia ada didepanku saat itu. Hal pertama kali aku lihat darinya adalah tingkah lucu dan senyuman yang menawan. Cara dia berbicara dengan gaya bahasa yang tegas adalah tanda bahwa dia adalah orang yang spesial ketika aku melihatnya.

Aku begitu tertarik denganya saat pertama kali aku melihatnya, aku merasakan sebuah perbedaan yang dimana itu bukanlah aku yang sebagaimana mestinya. Aku yang selalu murung di setiap harinya, akhirnya berubah ketika melihatnya. Hari demi hari ketika kita sudah mulai terbiasa untuk diskusi disebuah organisasi, hati ini ingin selalu ada didekatnya. Selain diskusi secara langsung, aku juga sering berkomunikasi melalui media sosial line yang pada saat itu masih trend pada zamannya. Tidak mengenal pagi, siang, bahkan malam dengan pembicaraan yang menurutku tidak ada kualitasnya. Aku merasakan denyut jatuh cinta yang membara sehingga membuat adrenalinku menyala, perjalanan yang telah aku lalui bersamanya pada akhirnya aku memberanikan diri untuk menyapa dengan sebuah kata “selamat pagi, bagaimana dengan hari mu saat ini”.

Hingga tiba saatnya ujian yang sebenarnya terjadi, dimana aku harus melakukan praktek kerja lapangan di luar kota yang dimana dia benar-benar tidak bisa menerimanya. Akan tetapi dengan pikiran yang dewasa, akhirnya kita memutuskan untuk berlapang dada dan menjalaninya dengan bismillah meskipun kita tau bahwa tantangan sebuah hubungan adalah sebuah kepercayaan, dimana sebuah hubungan jarak jauh kita mulai dengan sebuah keikhlasan ditambah dengan kekuatan.

Komunikasi, ya itulah hal aku abaikan pada saat itu. Menurut semua orang sebuah komunikasi dan kabar adalah hal yang wajib kita lakukan ketika menjalin sebuah hubungan. Dengan kesibukan yang kita lakukan membuat waktu untuk saling berkabar berkurang, hingga pada akhirnya salah satu dari kita lelah untuk menunggu sebuah kabar.

Empat bulan berlalu, hubungan jarak jauh ini berjalan dengan segala cobaan yang kita lewati bersama, membuat hubungan ini semakin renggang dan tidak tau arah. Kalimat “Jalani saja dulu” yang menjadikan kita bisa bersama akhirnya berakhir musnah. Dering telfon yang tiap malam aku dengar sekarang berubah menjadi sunyi, stiker berbentuk hati berubah menjadi api menandakan sebuah emosi tinggi.

Selang berjalannya waktu sampai akhirnya aku kembali kita tidak saling bertegur sapa sama sekali. Aku tidak pernah berfikir ini akan terjadi, fikirku jika hidup tanpa masalah maka kurasa akan kurang rasanya, tapi bukan perpisahan yang aku inginkan melainkan sebuah pengakuan bahwa kita masih saling menyayangi dan mencintai satu sama lain.

Sampai pada akhirnya, aku merelakan kepergian dan menjalani hari tanpanya. Sebuah pertemuan tidak akan lepas dari sebuah perpisahan, akhirnya aku tau bahwa sebuah komunikasi, sebuah kabar menjadi sangat berarti. Begitulah kehidupan yang selalu mengajarkan setiap manusia untuk menyikapi “people come and go” bahwa setiap manusia yang datang dihidup kita tidak akan selamanya melainkan akan pergi pada waktunya. Beberapa orang mungkin datang ke dalam hidup kita untuk waktu yang singkat, sementara yang lain mungkin tinggal lebih lama.

Oleh : Taufik Rohman