Desa Kandangrejo, Grobogan, 10 Agustus 2025 – Dalam semangat mendorong kemandirian ekonomi perempuan desa melalui pemanfaatan potensi lokal, PPK ORMAWA IMM Ahmad Dahlan Universitas Muhammadiyah Semarang kembali melanjutkan rangkaian Sekolah Perempuan Plus 2025 yang bertempat di Desa Kandangrejo, Kecamatan Klambu, Kabupaten Grobogan.
Mata ajar hari ini adalah MKB007 – Perempuan Kreatif Wirausaha Lokal, yang merupakan chapter 2 dari pelatihan sebelumnya. Materi ini diisi oleh Ibu Riyadlotul Badriyah selaku narasumber yang dinaungi oleh Dinas Pertanian Kabupaten Grobogan, dengan fokus pada praktik langsung pengolahan bawang merah menjadi bawang goreng. Sebanyak 36 peserta perempuan hadir mengikuti sesi ini.
Tidak hanya fokus pada pemberdayaan peserta, kegiatan ini juga menyediakan fasilitas Ahda Day Care, yang mengajak anak-anak dari peserta sekolah perempuan belajar mewarnai dan berhitung matematika, sehingga para ibu dapat mengikuti pelatihan dengan konsentrasi penuh.
Pelatihan mencakup seluruh proses produksi bawang goreng, mulai dari pengupasan, pemotongan, perendaman dalam air garam, penggorengan, hingga penirisan minyak. Praktik kali ini juga membuat dua perbandingan produk, yaitu bawang goreng premium dan bawang goreng dengan tambahan tepung maizena, sehingga peserta dapat memahami perbedaan tekstur, rasa, dan daya simpan.
Dalam penyampaiannya, Ibu Riyadlotul Badriyah menekankan pentingnya higienitas dan teknik yang tepat dalam produksi bawang goreng. “Kalau setelah dikupas tidak dicuci, itu akan mempengaruhi kebersihan dan menurunkan kualitas produk, Bu. Begitu juga kalau kita melewatkan proses penggaraman, rasanya akan berbeda, walaupun bisa disesuaikan selera. Penirisan minyak juga penting, karena menentukan ketahanan bawang goreng,” ujarnya.
Lebih jauh, beliau juga menegaskan kekuatan perempuan dalam dunia usaha. “Jangan pernah berpikir bahwa usaha itu hanya bisa dilakukan oleh laki-laki saja. Justru ibu-ibu seperti Anda sekalian punya keunggulan lebih: telaten, detail, dan penuh rasa. Nah, dari sini itu bisa jadi modal besar untuk membangun usaha. Mulailah dari sawah atau dapur sendiri, olah potensi lokal yang ada, lalu bawa hasilnya ke pasaran. Dari pelatihan ini kita bahkan bisa membentuk kelompok usaha bersama, seperti bawang goreng ini, yang bisa menggerakkan roda ekonomi ibu-ibu sekalian bahkan desa. Kalau konsisten dan dikelola dengan baik, produk ini bisa menjadi ikon kuliner lokal yang laku di pasar daerah bahkan nasional,” tambahnya.
Pelatihan ini merupakan kelanjutan dari chapter sebelumnya yang membahas potensi komoditas bawang merah dan strategi pengembangannya. Tujuan utamanya adalah membekali perempuan Desa Kandangrejo dengan keterampilan praktis sekaligus wawasan kewirausahaan, agar dapat mengubah hasil tani menjadi produk bernilai jual tinggi dan memperluas peluang usaha.
Ketua Tim Pelaksana, Reffi, mengungkapkan rasa syukurnya. “Alhamdulillah, kelanjutan pelatihan hari ini berjalan lancar. Kami berharap ibu-ibu tidak hanya belajar teknik produksi, tapi juga melihat peluang usaha yang nyata dari potensi bawang merah di desa mereka,” katanya.
Kepala Desa Kandangrejo, Bapak Widi Rifa’i, turut mengapresiasi kegiatan ini. “Pelatihan seperti ini sangat bermanfaat. Saya yakin ibu-ibu akan semakin kreatif dan mandiri dalam mengolah hasil pertanian,” ujarnya.
Ke depan, rangkaian Sekolah Perempuan Plus 2025 akan dilanjutkan mata ajar lanjutan dari bawang merah lagi yaitu pengemasan dan pelabelan serta pemasaran yang nantinya juga akan diisi oleh narasumber dari Dinas Perdagangan dan Perindustrian Jawa Tengah dan Dinas Ketahanan Pangan. Dengan sinergi antara mahasiswa, pemerintah, dan masyarakat, program ini diharapkan mampu menjadi model pemberdayaan perempuan desa yang berkelanjutan dan berdampak nyata.
Leave a Reply